No student devices needed. Know more
20 questions
Bacalah kutipan cerita pendek berikut!
Aku menangis dalam pelukan Uma Dayu malam itu. “Satu orang pergi tidak boleh membuat Ibu Guru Rinda merasa gagal. Masih banyak anak yang menunggu untuk diajar oleh Ibu Guru Rinda. Doakan saja yang terbaik untuk anak-anak itu.” Uma Dayu menepuk-nepuk pipiku sayang. Aku selalu merasa sedang di rumah jika sudah bersama Uma Dayu seperti malam itu.
Hal menarik dari kutipan cerpen tersebut adalah. . .
Tokoh aku menangis dalam pelukan Uma Dayu.
Banyak anak yang menunggu untuk belajar bersama Ibu Rinda.
Uma Dayu sudah dianggap rumah oleh tokoh aku.
Para tokoh suka mengajar anak-anak
Para tokoh bersedih di rumah Uma Dayu
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Aku membaca catatan harian Neka dengan pikiran tersedak. Tak kusangka sahabat baikku ini menyimpan pergolakan batin yang begitu keras di balik diamnya. Sebagai teman satu jurusan di satu sekolah, bahkan teman satu kelasnya, tak sekalipun kudengar ia bercerita tentang pergulatan hasrat pulang melawan takutnya itu.
Dari kutipan yang telah kamu baca, manakah yang merupakan verba aksi?
membaca, menyimpan, dan melawan
membaca, kusangka, dan pergolakan
menyimpan, bercerita, dan sebagai
bahkan, itu, dan melawan
harian, sekalipun, dan bercerita
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Ketika kebosanan mulai menyumbat semua seleranya, ia akhirnya memberanikan diri bicara kepada ayahnya kembali.
“Dengar, Ayah,” katanya. “Aku sudah besar sekarang. Kenapa tidak boleh juga keluar malam? Aku...yah, kadang-kadang ingin ngobrol dengan teman-temanku.”
“Kau bisa ngobrol di sekolah, kan?”
“Ibu guru melarang kami ngobrol di kelas, Ayah,” kata Si Cantik
“Atau sore. Kau kan bisa bertemu dengan teman-temanmu.”
Kutipan cerpen tersebut merupakan bagian. . .
Pengenalan situasi
Pengungkapan peristiwa
Menuju konflik
Puncak konflik
Penyelesaian
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Ketika kebosanan mulai menyumbat semua seleranya, ia akhirnya memberanikan diri bicara kepada ayahnya kembali.
“Dengar, Ayah,” katanya. “Aku sudah besar sekarang. Kenapa tidak boleh juga keluar malam? Aku...yah, kadang-kadang ingin ngobrol dengan teman-temanku.”
“Kau bisa ngobrol di sekolah, kan?”
“Ibu guru melarang kami ngobrol di kelas, Ayah,” kata Si Cantik
“Atau sore. Kau kan bisa bertemu dengan teman-temanmu.”
Kebahasaan cerpen yang ada pada kutipan tersebut yaitu. . .
Menggunakan keterangan waktu.
Menggunakan verba aksi.
Menggunakan dialog
Menggunakan tidak lebih dari 10.000 kata
Mempunyai latar yang terbatas
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Dua kegagalan yang lalu berakhir ketika aku diterima di jurusan bahasa Indonesia. Kutekuni masa pendidikan tinggi dengan mati-matian. Kendala finansial mendorongku untuk merambah dunia kerja disamping kuliah. Pucuk dicinta ulam tiba. Suatu hari Kak Ica, saudara sepupuku datang untuk menawarkan sebuah kios."
Kata”mati-matian” dalam kutipan cerpen di atas bermakna. . .
Sungguh-sungguh
Senang hati
Sabar
Malas
Santai
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Dua minggu setelah kepulangannya ke kampung aku terus di rundung gundah. Aku juga tak terima kenyataan pahit itu harus ditelannya di usia yang masih labil, apalagi anak seorang teman lama. Setiap hari pikiranku terganggu melihat keluarga – yang tinggal hanya beberapa rumah dari gubuk kami – itu murung dan mendung. Aku rasa aku harus berbuat sesuatu, tetapi sesungguhnya aku tidak tahu bagaimana.
Dari kutipan yang telah kamu baca, manakah yang merupakan keterangan waktu?
Dua minggu dan setiap hari
Dua minggu dan kampung
Lama dan sesungguhnya
Bagaimana dan setiap hari
Beberapa dan dua minggu
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Huda sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah lebih tinggi, setelah lulus SMP. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukannya karena ketiadaan biaya. Apalagi, dua adiknya juga membutuhkan biaya. Faktor ekonomi membuat Huda harus hidup di jalanan, mengamen. Bermodal gitar tuanya ia menyanyi. Kadang menyanyikan lagu Ebiet G Ade “Camelia”.
Mengapa Huda harus putus sekolah dan lebih memilih untuk mengamen?
Faktor ekonomi keluarga dan adik-adiknya lebih membutuhkan.
Karena Huda adalah anak nakal yang tidak mau sekolah.
Ibu Huda tidak mau membiayai sekolah Huda.
Huda ingin berkerja.
Huda dikeluarkan dari sekolah.
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Hujan belum juga reda sejak sore tadi. Jalanan basah dan sebagiannya menampakkan genangan pekat seperti menandakan begitu kelamnya kehidupan kota ini.
“Ini, pakai jaket,” kata ayahnya. Lelaki itu menyentuh kening Nalea, dan memang terasa hangat. “Sepertinya kamu masuk angin.”
Mereka sedang berteduh di etalase toko. Kemilau basah lampu-lampu jalan, papan reklame, juga sorot mobil dan motor, semua adalah cahaya yang menyelingi udara dingin di sekujur kota.
Kapan kejadian dalam penggalan cerpen tersebut terjadi?
Sore hari
Pagi hari
Malam hari
Siang hari
Pukul 5 sore
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Jika melihatku terbangun, ayah kembali untuk mengusap rambutku dan tersenyum. Dari dalam rumah kudengar ayah mengucapkan salam pada kawan-kawan kerjanya yang telah berdesakan di dalam bak truk. Kawan-kawan kerjanya itu adalah ayah-ayah dari kawan-kawanku. Lalu kudengar gemerincing besi saling beradu, kemudian truk menggerung meninggalkan rumah.
Nilai yang dapat kita ambil dari kutipan cerpen di atas adalah…
Nilai Religius
Nilai Politik
Nilai Sosial
Nilai Kepahlawanan
Nilai Budaya
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Di depan patung itu kini dipasang papan reklame dan di situ para politisi sering berbusa-busa membanggakan program-program mereka. Maka tampaklah kini para pejuang 45 itu seperti ingin menonjok mereka. Jika ingin tahu definisi dari visi seorang seniman, patung itu memberi contoh yang sangat pas. Jam besar, patung pejuang 45, dan papan reklame itu adakalanya bagiku tampak bak panggung parodi, adakalanya bak wangsit, dan adakalanya bak segitiga Bermuda, yang menyimpan misteri politik republik ini.
Nilai yang dapat kita ambil dari kutipan di atas adalah…
Nilai Religius
Nilai Politik
Nilai Sosial
Nilai Budaya
Nilai Kepahlawanan
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Huda memang hanya seorang pengamen yang sehari-harinya menghabiskan hidup di jalanan. Dia mengamen dari rumah ke rumah, dari bus ke bus, dari rumah makan ke rumah makan. Hal itu ia lakukan untuk membantu orang tua dan sekolah adik-adiknya.
Nilai yang dapat kita ambil dari kutipan cerpen di atas adalah…
Nilai Sosial
Nilai Politik
Nilai Budaya
Nilai Moral
Nilai Kepahlawanan
Bacalah kutipan cerpen berikut!
“Kakek, kenapa setiap sore selalu ke sini?” tanya cucuku, Alenia.
Aku memang sengaja mengajaknya ke mari. Agar nantinya, kenangan dalam kepalanya tak hanya dipenuhi oleh gemerlap kesibukan kota dan cahaya yang keluar dari telepon genggam.
“Supaya Alenia bisa gambar langit yang indah, Sayang.” Alenia duduk di sampingku, menjuntai kaki dan mata kita hanya fokus pada satu titik di langit.
Nilai moral apa yang dapat kita ambil dalam kutipan cerpen di atas adalah.
Rasa sayang seorang kakek kepada cucunya dan sebaliknya.
Seorang cucu yang selalu mengajak jalan-jalan kakeknya.
Seorang kakek yang ingin cucunya bisa menggambar.
Keinginan Alenia yang ingin menggambar lamgit.
Bersantai itu sangat penting.
Bacalah kutipan cerpen berikut!
Siang itu, Nalea sedang duduk di pinggiran taman kota. Seperti biasa, ia berkumpul dengan bocah sebayanya yang berpakaian lusuh. Adakah yang lebih menyenangkan melihat beberapa anak kecil tertawa riang, yang bahkan giginya belum lengkap, tapi tetap bisa merasa bahagia meskipun kehidupan ini sesungguhnya teramat keras.
Nilai religius apa yang dapat kita ambil dari kutipan teks cerpen di atas adalah
Bermain adalah cara untuk melepas penat.
Kehidupan sangatlah keras.
Tetap bersyukur meski dalam keadaan yang terbatas.
Berdiam diri adalah cara untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi.
Jangan memendam masalah seorang diri.
Siang masih terlalu muda. Pada sebuah rumah nan besar lagi megah. Kuketuk pintu. Seorang perempuan tua membuka pintu. Sedikit membungkuk, perempuan tua itu mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah. Lukisan besar karya Bunga Jeruk. Di situ aku menunggu. Hanya empat menit.
Berbaju kebaya modern, Susan muncul dari dalam rumah. Dibelakangnya menyusul ayahnya. Tanpa ada sapa, tanpa ada tanya. Langsung Susan duduk di pinggir. Ayah Susan tepat di hadapanku. Pertemuan pertama yang sungguh kaku, teramat kaku.
Latar tempat dan waktu kutipan cerpen tersebut adalah...
di kamar saat bersiap-siap
di ruang tamu saat menunggu tamu
di halaman depan rumah saat siang hari
di rumah pada siang hari
di rumah dan hanya empat menit
Siang masih terlalu muda. Pada sebuah rumah nan besar lagi megah. Kuketuk pintu. Seorang perempuan tua membuka pintu. Sedikit membungkuk, perempuan tua itu mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah. Lukisan besar karya Bunga Jeruk. Di situ aku menunggu. Hanya empat menit.
Berbaju kebaya modern, Susan muncul dari dalam rumah. Dibelakangnya menyusul ayahnya. Tanpa ada sapa, tanpa ada tanya. Langsung Susan duduk di pinggir. Ayah Susan tepat di hadapanku. Pertemuan pertama yang sungguh kaku, teramat kaku.
Latar suasana pada kutipan cerpen tersebut adalah...
cemas
senang
canggung
khawatir
bahagia
Perhatikan kutipan cerpen berikut!
Neka bukan hanya cantik, namun membawa ke mana-mana senyum tipis yang berhenti permanen pada kedua bilah bibirnya yang sempurna. Senyum itu ternyata punya fungsi lain yang tak kuduga: Menyembunyikan pergolakan batin yang begitu dahsyat sebagaimana kusua dari yang ia tuliskan di buku catatan hariannya.
Unsur intrinsik yang dominan pada kutipan cerpen tersebut adalah...
alur
tema
latar
amanat
penokohan
Bacalah kutipan cerpen berikut ini!
Ia bocah yang gesit, hampir selalu muncul di setiap sudut kota, sehingga sebagian besar warga kota mengenal dirinya. Ia juga periang, bermain dengan semua anak sebaya, rajin pula membantu orang-orang sehingga penduduk kota sesungguhnya sangat menyayanginya. Satu-dua penduduk bahkan pernha membujuknya untuk tinggal di rumah mereka, dan para guru di sekolah membujuknya untuk masuk ke sekolah. Tapi tidak, ia lebih suka tinggal di hutan kecil di pinggiran kota, dan menjadi bocah yang paling bebas dari dinding-dinding sekolah dari pukul tujuh pagi sampai satu siang.
Sudut pandang yang dipakai penulis dalam kutipan cerpen tersebut adalah...
Sudut pandang campuran
Sudut pandang orang ketiga pelaku sampingan
Sudut pandang orang ketiga serbatahu
Sudut pandang orang pertama pelaku utama
Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan
Bacalah kutipan cerpen berikut ini!
Ketika kebosanan mulai menyumbat semua seleranya, ia akhirnya memberanikan diri bicara kepada ayahnya kembali.
“Dengar, Ayah,” katanya. “Aku sudah besar sekarang. Kenapa tidak boleh juga keluar malam? Aku...yah, kadang-kadang ingin ngobrol dengan teman-temanku.”
“Kau bisa ngobrol di sekolah, kan?”
“Ibu guru melarang kami ngobrol di kelas, Ayah.” kata Si Cantik.
“Atau sore. Kau kan bisa bertemu teman-temanmu.”
“Di kota yang mengibakan ini?” tanya Si Cantik sambil duduk dengan anggun di depan ayahnya. “Pikirkanlah hal ini, Ayah: Nita pergi les piano, Yuri pergi les tari, juga Adinda, juga Ariana, dan aku sendiri... les bahasadari Senin sampai Sabtu.”
“Kau bebas di hari Minggu.”
“Kadang-kadang aku ingin ngobrol di malam Rabu atau malam Jumat,” kata Si Cantik cemberut.
Satu minggu kemudian, ia menemukan sebuah pesawat telepom di samping tempat tidurnya, dan ayahnya berdiri di pintu dan berkata, “Kau punya nomor telepon sendiri, dna kau boleh ngobrol sepuasnya tanpa harus keluar malam.”
Tema kutipan cerpen tersebut adalah...
Anak yang berani melawan orang tuanya
Kebersamaan ayah dengan anaknya
Pertengkaran ayah dengan anaknya
Kemarahan ayah kepada anaknya
Sikap tegas ayah kepada anaknya
Bacalah kutipan cerpen berikut ini!
“Ya, betul. Kami tidak percaya. Bapak tidak mungkin ayah dari salah seorang emilik rumah mewah ini.”
“Apa Engkau mau menjadi batu?”
Polisi lalu lintas itu tersenyum. Dia merasa ucapan orang tua itu sebuh lelucon.
Sebuah mobil kelas termahal berbelok ke arah pintu gerbang perumahan mewah itu. Lelaki yang duduk di bangku belakang menyentuh pundak sopir dan meminta kendaraan itu dihentikan. Lelaki itu bersama istirnya sedang pulang dari bepergian.
“Tunggu sebentar,” katanya. Dia perhatikan orang tua yang duduk di bandul jalan. Dia menoleh kepada istrinya. “Orang itu seperti Ayah. Coba kau lihat. Ya, itu Ayah, dia membawa setandan pisang, dia ikat jagung, dan sebuah nangka.”
“Ya, betul. Itu ayahmu. Ayahku juga. Mertuaku!” Lelaki itu membuka pintu mobil. Dia turun. Langkahnya diikuti istirnya.
“Ayah!” kata lelaki itu. Orang itu melihat ke lelaki itu. Lelaki itu menerkam tuh orang tua itu dan memasukkannya ek dalam dekapannya. Si istri mencium tangan laki-laki tua itu.
Watak tokoh Lelaki dalam kutipan cerpen tersebut adalah..
penurut
pembangkang
penyayang
pemaaf
pemarah
Bacalah kutipan cerpen berikut ini!
“Ya, betul. Kami tidak percaya. Bapak tidak mungkin ayah dari salah seorang emilik rumah mewah ini.”
“Apa Engkau mau menjadi batu?”
Polisi lalu lintas itu tersenyum. Dia merasa ucapan orang tua itu sebuh lelucon.
Sebuah mobil kelas termahal berbelok ke arah pintu gerbang perumahan mewah itu. Lelaki yang duduk di bangku belakang menyentuh pundak sopir dan meminta kendaraan itu dihentikan. Lelaki itu bersama istirnya sedang pulang dari bepergian.
“Tunggu sebentar,” katanya. Dia perhatikan orang tua yang duduk di bandul jalan. Dia menoleh kepada istrinya. “Orang itu seperti Ayah. Coba kau lihat. Ya, itu Ayah, dia membawa setandan pisang, dia ikat jagung, dan sebuah nangka.”
“Ya, betul. Itu ayahmu. Ayahku juga. Mertuaku!” Lelaki itu membuka pintu mobil. Dia turun. Langkahnya diikuti istirnya.
“Ayah!” kata lelaki itu. Orang itu melihat ke lelaki itu. Lelaki itu menerkam tuh orang tua itu dan memasukkannya ek dalam dekapannya. Si istri mencium tangan laki-laki tua itu.
Amanat yang terkandung dalam kutipan cerpen tersebut adalah...
Lakukan pekerjaan tanpa mencampuri urusan orang lain.
Berperilaku adil tanpa membeda-bedakan orang lain.
Jangan berprasangka buruk terhadap orang kain tanpa bukti.
Jangan membantah perkataan orang tua.
Mensyukuri hidup dengan kesederhanaan
Explore all questions with a free account